Apa yang kau pikirkan saat mendengar kata krisis iman?
Aku sejujurnya sedang mengalami ini. Rasanya sungguh tidak enak. Kau tidak tahu harus berbagi pada siapa, teman-temanmu akan menganggapmu sedang galau sementara saja, orangtua akan kalang-kabut merasa ada yang salah dengan hidup anaknya, guru-guru akan khawatir (seadanya) dan berpikir ada yang salah dengan sistem pendidikan agama. Singkatnya, tak ada tempat untuk dituju. Sehingga terpaksa, sekali lagi seperti biasa, menjalaninya sendirian. Seperti belajar otodidak.
Hari ini aku berulang tahun yang ke-20. Dua puluh, sumpah demi Tuhan. Lima tahun silam aku merasa dunia terbuka luas dan tersenyum ramah. Kini, hanya melihat peta dunia aku merasa sedih. Mungkin dunia hanya membuka sedikit bagiannya untukku. Mungkin aku tidak cukup beruntung.
Aku sebenarnya mampu merasakan ada sesuatu yang amat salah dalam pola pikirku. Aku semakin benci dinasehati. Dalam rencana keluargaku yang sempurna dan penuh perhitungan, ada satu kelemahan; diriku. Namun mereka tidak menyadari ada cacat tersembunyi ini, yang tersembunyi dalam sosok anak sulung penurut, pendiam, dan ambisius. Lubang kecil yang akan menenggelamkan seluruh perahu.
Meskipun aku tidak tahu kapan akan terjadi, namun aku merasa suatu saat akan datang sesuatu yang akan mengubah semua ini. Entah dimulai dari krisis iman tadi atau masalah finansial atau mental, dst. Suatu saat orangtuaku akan menjerit kecewa karena diriku ini. Oh, Tuhan, aku tahu itu persis...
Mungkin walaupun aku berceritapun tak akan ada yang sungguh peduli, mungkin memang itu cara kerja dunia. Sebagian orang tidak beruntung menemukan cinta sejati dalam hidupnya, tidak sempat menemukan kebahagiaan sejati sampai ia meninggal dunia. Ini membingungkan sekaligus tragis.
Sekarang, setiap hari aku tidak merasa bahagia. Aku tahu, ada banyak yang harus dikerjakan. Aku telah diberikan kesempurnaan yang selalu lalai kusyukuri. Tapi ada sesuatu yang sungguh lenyap jauh dalam hatiku--yang tak bisa kukatakan--namun akan teringat selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar