Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Maret 2012

Why Do I Love The Big Bang Theory?

Sebelumnya ane belum pernah nge-post ulasan serial TV kesukaan ane, bukan karena gak ada yang ane ikuti, tapi karena itu tidak begitu penting. Yes, TV shows are entertaining (some of them) but not that important. Tapi The Big Bang Theory penting... setidaknya untuk sekarang ini. If there's a cure for this long term depression of mine, it is this. Ane akan menyajikan beberapa alasan mengapa ane kecanduan dengan, well---ane nonton berulang kali, that never happened since The Office (UK)---The Big Bang Theory:

1. GEEKS FACTOR
Ya, mereka memang bahan tertawaan disini: 4 orang ilmuwan muda yang tinggal di Los Angeles dengan segala kekikukan mereka dengan kehidupan sosial dan obsesi mereka dengan sains dan komik. Humor yang digunakan dalam serial ini seringkali menyertakan jargon saintifik atau dari film/komik/serial TV/game/software yang kadang kita tahu kadang tidak, mulai dari pahlawan-pahlawan super DC, The Lord of The Rings, World of Warcraft, Battlestar Galactica, Doctor Who, Mario Bros, Harry Potter...you name it. Dan TBBT tidak malu-malu menggunakan segala jargon asing itu! That's what I adore, sehingga penonton yang tidak familiar terpaksa mencari tahu atau mereka tidak akan paham sisi lucunya. Tapi walaupun tanpa istilah-istilah geeks itupun, candaan dan akting mereka sudah brilian. Memang terkesan stereotipikal, tapi kalau kau mau menontonnya (harus!), barulah kau akan melihat perkembangan karakter TBBT. Geeks rule!



Notable scene to me: ketika Sheldon Cooper bilang Windows Vista lebih baik dari Windows 7 karena yang 7 lebih friendly-user dan dia benci itu. LOL!


2. BRAINY IS NEW SEXY
'Cerdas adalah seksi yang baru', ungkapan yang makin terasa tidak asing sekarang ini. Seperti dari serial Sherlock yang dengan elegan membuktikan itu. Walaupun memang tidak seksi-seksi amat (seksi seperti Bradley Cooper atau Jude Law), baik Sheldon, Leonard, Raj, dan Howard adalah jagoan sains, which are their best advantage to win girls. Sayangnya karena terlalu kikuk dengan kenyataan dunia diluar kehidupan saintifik mereka, impian pacar seksi tinggal khayalan, kecuali untuk Leonard. Tapi bagi penonton TBBT, they're the men in the spotlight. Dr. Sheldon Cooper dengan 5 deretan gelar dibelakangnya adalah ilmuwan Fisika subatomik yang mendalami String Theory (yang jelas aku tidak begitu paham maksudnya, mungkin ada hubungannya dengan time travel atau kosmologi). Leonard Hofstadter adalah seorang fisikawan (juga) yang lebih kearah eksperimen dibanding Sheldon yang teoritis di Institut Teknologi California. Raj Koothrappali adalah seorang astrofisikawan di Caltech (tempat kerja Sheldon) dan hebatnya entah mengapa sempat menjadi sampul majalah TIME. Sementara si Yahudi Howard Wolowitz adalah insinyur permesinan khusus luar angkasa alias perancang roket. Rocket science! How could they're not sexy??

3. RELATIONSHIP ANOMALIES
Sayangnya dengan kecemerlangan otak mereka, mereka sangat sedikit mengenal kehidupan sosial. Raj tidak mampu bicara dengan wanita kecuali bila mabuk (tapi entah kalau dengan anak perempuan kecil). Howard masih tinggal dengan ibunya yang sosoknya saja tidak jelas, hiiyy. Leonard amat kikuk dengan wanita, bahkan terkadang harus meng-Google untuk menggoda mereka dulu. Sheldon? Jangan tanya. Ia selalu menertawakan kebutuhan sosial. Ia sangat suka situs jejaring sosial hanya karena ia menghindari kontak sosial sesungguhnya. Hubungan mereka dengan masing-masing ortu mereka yang aneh dan ganjil, terutama Leonard dengan ibunya. Belum lagi hubungan dengan kolega sesama ilmuwan di lab. Sheldon amat sangat menyukai menjatuhkan ilmuwan lainnya dalam pernyataan saintis atau mengomentari mereka dengan sinis selama penghargaan Nobel. TAPI justru inilah sumber kelucuannya. Well, i must say, although we're laughing at their lack of social skill.... sometimes i can feel this show laugh at us too. Maybe it's only me.



4. PENNY (Kaley Cuoco)
Penny atau yang lebih dikenal dengan Penny <---karena nama belakangnya tidak pernah terungkap, adalah tetangga Sheldon dan Leonard. Ia lumayan cantik dan sebenarnya sikapnya sangat manis. Pada awalnya ia mewakili stereotip wanita muda pirang yang punya banyak pacar, berangan-angan tinggi (Penny adalah pelayan restoran yang merintis karir aktris), dan hobi shopping. Jangankan soal ilmiah, ia bahkan tidak tahu apa itu Star Wars. Ia sungguh beruntung terjebak dikamar didepan kamar Sheldon yang selalu menyapanya dengan 3 ketukan pintu: Penny... *tok, tok! Penny... *tok, tok! Penny...*tok, tok! yang terkenal itu.
But she is the ray of sunshine! Semua kecuali Sheldon ingin memacari Penny, tapi Leonard-lah yang beruntung. Penny mengajarkan banyak hal non-ilmiah kepada mereka sepeti soal: arti sarkasme kepada Sheldon dan mengenalkan teman-teman perempuannya kepada Howard dan Raj. Ia juga bersikap manis walaupun seringkali jengkel kepada Sheldon. Ia bahkan sering memanggil Sheldon: "Oh, sweetie..." dan menyanyikannya "Soft Kitty" saat Sheldon sakit. I love her! She's adorably nice and sweet.



5. SHELDON COOPER
TBBT bukan TBBT jika tanpa Jim Parsons sebagai Sheldon Cooper, kalau kau mengerti maksudku. Selain ia yang paling tampan diantara mereka, ia juga sebagai sumber kelucuan mayor dalam TV show ini. Mulai dari berbagai sindrom yang ia miliki seperti Asperger dan OCD (bukannya aku menertawakan orang dengan sindrom ini, hanya saja bagaimana reaksi sekitar Sheldon membuat stuasi komedi yang bagus!), kejeniusan dan ingatan fotografis dia yang sering ia gunakan untuk membuat argumen yang hebat, lalu kaos-kaos dengan sablon geek-nya. Ia sering menganggap serius yang orang lain tidak ambil pusing dan sebaliknya. Ia sangat dingin dan tidak simpati, membuatnya menjadi salah satu antihero dalam serial ini. Tapi ketika ia mulai menunjukkan sisi 'manis'-nya, aww.... <3 <3. Ada jutaan quotes dan istilah lucu darinya, yang paling terkenal mungkin BAZINGA!-nya yang mirip artinya dengan GOTCHA! Atau quotenya seperti: "Manusia menangis saat sedih, seperti halnya aku yang menangis bila orang lain terlalu bodoh untuk memahami, yang mana amat membuatku sedih". Ya, dia arogan dan amat egois and I can't help but love him so much!




Sebenarnya ada banyak hal lainnya yang aku sukai dari The Big Bang Theory, hanya saja seperti biasa jari-jari udah bosan mengetik. Ane juga suka hubungan antara Sheldon-Penny, Bernadette (pasangan Howard Wolowitz) yang jelas jelas dia itu cewe tsundere (lihat Wiki atau tanya otaku). Lalu ibu Sheldon yang fanatik agama tapi sangat care, Wil Wheaton, dan tentu saja kehebohan mereka dengan banyak hal yang juga ane suka. Jika kalian suka sitkom model Friends atau Frasier (yang mana TBBT jauh lebih lucu), this is a must see. Bazinga!

Senin, 27 Februari 2012

Thomas no Shinzou (review)

Salah satu keuntungan membaca komik online adalah kau bisa lebih leluasa memilih manga mana yang sesuai seleramu, mereka meletakkannya dihalaman web dengan sangat teratur, berdasarkan genre, mangaka, dan jumlah pengunjung. Gratis. Tidak dihitung biaya listrik/warnet. Tapi lebih murah daripada harga satu komik yang sekarang dijual di toko buku...dan semakin mahal ketika akhirnya mengecawakanmu.
Membaca komik online juga memudahkanku untuk menemukan the hidden gems, the treasure of greatest manga, banyak sekali kutemukan manga yang tidak populer (setidaknya dikalangan pembaca negara ini) namun sesungguhnya sangat bagus. Beberapa diantaranya sangat mencerahkan namun banyak yang terlupakan. Tidak terbaca oleh khalayak banyak.
Aku tidak akan menulis semua judulnya, tapi yang paling berkesan sampai sekarang tentu saja hanya satu: Thooma no Shinzou (Heart of Thomas) yang dikarang oleh Hagio Moto.

Aku tidak mengerti cerita cinta kecuali dari beberapa novel, manga, lagu, atau film yang menurutku bagus. Dan sekali lagi mereka semua FIKSI belaka, aku cukup cerdik untuk tidak tertipu mentah-mentah. Syair puisi karya John Keats amat indah, manga Bokura Ga Ita sangat jenius, tapi mereka semua tidak nyata. Sebab kenyataan yang berlaku disekitarku amat mengerikan. Aku tidak akan pernah memahami cinta yang ada dalam kenyataan... kecuali dari fiksi. Termasuk komik ini.

Thomas no Shinzou diterbitkan oleh Shogakukan pada tahun 1974, dan merupakan perintis awal genre shonen-ai (lihat di Wiki apa artinya). Manga ini kutemukan secara random ketika aku sedang iseng membaca sejarah munculnya shoujo (sebenarnya didasari oleh rasa muak oleh shoujo populer yang sedang digemari anak-anak gadis). Ternyata kebencian itu justru membawaku kepada judul yang aneh ini dan, yah.... syukurlah ada para scanners komik online yang baik hati. Aku tidak yakin mampu menemukan manga ini dimanapun di negara tempatku tinggal... karena, well... itu shonen-ai (lihat di Wiki, please).

Kisahnya mengenai seorang siswa sekolah asrama di Jerman, Thomas, yang bunuh diri dan meninggalkan surat cinta kepada temannya; Juli. Setelah kematiannya yang diduga hanya kecelakaan, sekolah itu mendapati seorang siswa baru yang mirip dengan Thomas secara fisik; Eric. Namun Eric tidak semanis Thomas maupun sesensitif dia. Eric manja dan angkuh. Juli yang sama sekali tidak mempedulikan semua rumor tentang Thomas, tidak menganggap Eric mirip Thomas. Juli menolak cinta Thomas dan kali ini ia menerima perasaan yang lebih mendalam dari Eric. Ia akan menolak cinta untuk kesekian kalinya.

Dengan karakter yang dalam dan alur yang sangat melodramatis, bisa dibilang ini merupakan contoh shoujo yang patut ditiru mangaka lainnya. Dialog dan tone yang digunakan sangat indah, kau akan menyukainya, walaupun artworknya amat sangat jadul. But that's not the point. The point is the story.
It's just stunningly beautifully designed! It will worth your time, even if you weren't a manga reader.

Aku dapat merasakan cinta yang tulus dalam ceritanya dan begitu terpana dengan kehebatan Hagio Moto yang pandai merangkai ceritanya. Meskipun settingnya sama sekali bukan di Jepang, tapi bahkan ini tidak dapat disamakan dengan literatur Barat lain... apalagi yang mengangkat isu seperti ini. Tidak seperti genre Yaoi yang terlalu menjurus kearah seks, shonen-ai lebih kearah emosionalnya. Dan dalam hal ini, aku masih bisa mentolerirnya. Bahkan lebih masuk akal daripada Romeo and Juliet, dalam kisah ini, cinta adalah sesuatu yang menyembuhkan, mencerahkan, dan membahagiakan. Bukan sesuatu yang menjijikkan, tak peduli apapun orientasi seksual seseorang. Karenanya, manga ini tidak hanya bicara mengenai cinta, tapi juga persahabatan, kemanusiaan, dan kerumitan definisi cinta itu sendiri. Yang mana, pada akhirnya semuanya berakhir adil dan masuk akal.

Kau bisa membacanya disini, manga ini sudah tamat jadi kau tidak perlu khawatir dengan kelanjutan scanningnya.

Kamis, 09 Februari 2012

Antoine Doinel, Antoine Doinel

Biasanya review film berisi penilaian dan judgement dari orang-orang yang merasa mereka paham film itu sepenuhnya. Sekarang aku sedang tidak mood sama sekali untuk menulis dengan gaya "angkuh" begitu. Aku sedang ingin sharing film yang barusan aku selesaikan. The Saga of Antoine Doinel yang mencakup 5 film dia. Disutradarai oleh Francois Truffaut dan dirilis DVD-nya oleh Criterion Collection, film Perancis yang bersettingkan tahun 50-60'an ini adalah salah satu film yang membuatku berdecak kagum. Sekali aku melihat trailer filmnya, langsung aku memutuskan untuk mengikuti petualangan Holden Caulfield-nya Perancis ini; Antoine Doinel (diperankan oleh Jean Pierre Leaud)

Saga semi autobiografi ini mencakup 5 film yaitu:
1. The 400 Blows
2. Antoine and Colette
3. Stolen Kisses
4. Bed and Board
5. Love on The Run

Jika The Catcher in The Rye mengingatkan kita pada Holden Caulfield yang depresi berjalan-jalan di jalanan kota New York tengah malam yang berkabut, Antoine Doinel muda melakukannya di jalanan kota Paris, mencari tempat untuk tidur atau mesin tik untuk dicuri.

Sejak SMA, bisa dibilang aku yang agak labil ini selalu mencari tokoh panutan. Yah, bukan berarti Holden Caulfield atau Antoine Doinel adalah tokoh panutanku. Tapi aku bisa memahami perasaan mereka, suatu perasaan yang dirasakan oleh banyak remaja lain, disadari atau tidak. Film ini menggambarkan kepolosan anak-anak dan pencarian kasih sayang. Sebentar, itu agak terdengar lebay... tapi memang itu kesimpulan yang kudapat. Antoine Doinel sejak film pertamanya adalah karakter yang haus pengakuan, arogan, tapi sensitif. Ia agak nakal tapi bukan berarti bodoh. Ia mencintai novel sastra <---bukan hal ini juga yang membuatnya pintar! Kurasa kalau kutilik dari pengalaman hidupku, ia pintar karena ia memutuskan untuk hidup mandiri. Hidup mandiri adalah impiannya di usia belia. Ia membenci orangtuanya. Mungkin karena itu. Namun jika kau menonton film ini, kau akan mendapatkan kesimpulan bahwa hidup mampu membunuh impian seindah apapun. Adegan akhir ketika ia berlari di tepi laut itu mewakili jutaan perasaan yang berbeda bagi tiap orang, namun buatku.. aku mendefinisikannya sebagai kebuntuan dan ketidakjelasan hidup.


Seperti halnya Tom Sawyer yang dipandang rendah oleh orang dewasa sekitarnya, Antoine Doinel mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orangtua dan gurunya. Bahkan kau akan mendapat kesan bahwa ia membenci orangtuanya dalam adegan dimana wali kelasnya bertanya alasan ia tidak masuk kelas.

Tapi aku tidak mau terlalu menggambarkan keseluruhan film ini, nanti malah jadinya spoiler, besides, lebih baik suatu fil itu direview setelah kita menonton saja. Semakin sedikit pengetahuan kita sebelum menonton, semakin kita akan menikmatinya. Meskipun, yah... tergantung orang, sih.

Tidak berhenti sampai sini, saga karakter ini terus tumbuh di film-film sekuelnya. Dalam Antoine et Colette ia menjalani kisah cinta di usia 20-an. Lalu ada Baisers Voles dimana ia mengalami petualangan cinta dengan lebih banyak lagi wanita. Lalu Domicile Conjugal, tentang... (jangan, nanti spoiler!), dan terakhir L'Amour en Fuite yang lebih seperti kilas balik kehidupannya dari 400 Blows.

Jika kau menyukai cerita yang amat sangat real (karena itulah ciri dari film-film French New Age) dengan karakter yang kuat, inilah filmnya. Apalagi kalau kau suka dengan actor with pretty face, Jean Pierre Leaud was (because now he's not) stunningly gorgeous in those movies. You won't miss this.

I'm off to watch La Chinoise now







Jumat, 11 November 2011

We Were There

Setelah mencoba-coba menelusuri halaman-halaman internet dengan kata kunci Bokura Ga Ita review, aku memutuskan untuk menulisnya juga. Kupikir tidak ada review yang cukup fair untuk meresensi komik shoujo yang bagus seperti itu. Aku juga membaca bahwa doramanya akan segera rilis tahun 2012, meskipun aku juga tidak terlalu berharap banyak. Sebab entah kenapa kebanyakan dorama yang diangkat dari novel yang jelas-jelas bagus malah jadi kacau setelah dijadikan film. Meh.

Bokura Ga Ita alias Here We Are (judul versi Indonesianya) adalah shoujo terbitan Shogakukan (Elex Media versi Indonesianya). Manga ini ditulis oleh Yuuki Obata dan sudah mencapai 15 jilid. Sewaktu aku menulis ini, di Indonesia baru terbit hingga volume ke 14. Dan aku membaca disuatu sumber di internet, katanya manga ini sudah terjual lebih dari 10 juta kopi diseluruh dunia.

Biasanya aku tidak terlalu menyukai apa yang disebut sebagai shoujo alias serial cantik whatsoever. Untuk memberi gambaran, buku-buku yang aku baca kebanyakan novel, novel apapun selain Teenlit atau Chicklit atau melilit, haha. I'm too snobby to read that, I know.
Tapi aku memang menyukai cerita romantis juga, sih.

Ketika komik ini diterbitkan di Indonesia sekitar tahun 2004 atau 2005, lupa... saya tidak ragu menghabiskan uang yang cukup banyak untuk membelinya sampai volume 8. Waktu itu saya masih SMP dan masih terbayang-bayang dongeng cinta anak sekolahan.

Namun bahkan diusia itu aku menyukai bagaimana Obata sensei meramu cerita yang berisi adegan-adegan umum percintaan masa sekolah menjadi lain. Ketika aku membacanya lagi, seperti semalam, aku mendapat kesan yang berbeda lagi daripada kesan yang lama. Itu, menurutku adalah ciri buku yang bagus.

Aku tidak akan menceritakan plot ceritanya, itu sudah cukup banyak diulang-ulang di website lain. Kupikir aku lebih suka menceritakan bagaimana manga ini cukup berbeda dari shoujo lain. Sampul depannya selalu diwarnai dengan warna pastel dan sederhana. Sebagaimana ceritanya yang juga sederhana, namun memiliki alur yang kuat. Karakter yang dibuat dalam komik ini sangat earthy, namun juga dramatis. Tentu saja tidak ada yang lebih dramatis dari karakter Yano Motoharu. Memang ia hampir sama seperti tokoh anime/manga lain, seorang pemuda menarik namun menyimpan rahasia menyedihkan. Tapi, thanks to its mangaka, Yano dan segala ekspresinya sangat menarik dan alami. Very human.

Begitu juga karakter lain seperti Nanami dan Takeuchi. Nanami  memang didesain sebagai a proper schoolgirl moe. Tapi dia juga tidak dibuat terlalu cengeng atau terlalu tegar. Ada keseimbangan yang cukup bagus dalam sifatnya. Kewajaran saat ia menangisi sesuatu atau cara berpikirnya.
Takeuchi Masafumi karakter yang juga sederhana namun ternyata ia lebih dari itu. Sebagai sahabat terdekat Yano, ia juga menyimpan jiwa kompetitif dan ego. Namun kebanyakan itu selalu dikalahkan oleh rasa kasih sayanngnya yang besar baik kepada Yano maupun Nanami.
Yamamoto Yuri sebagai penambah konflik adalah tokoh yang muram. Ada kesamaan yang jelas antara karakter dia dan Yano. Sebab mereka memiliki kesamaan masa lalu yang berkaitan dengan tokoh yang lain, the former Yano's girlfriend; Nana. Masa lalu mereka menjadi sumber segala masalah dalam manga ini.

Artwork komik ini sederhana, lagi-lagi, namun sangat baik menggambarkan seluruh kejadian tanpa terlalu berlebihan. Karena kekuatan utama komik ini adalah alur cerita dan dialognya. Oh, dialog! Kalau kau pernah membaca manga ini, maka kau pasti mencintai untaian dialog dan pernyataan tiap-tiap karakternya. Maka untuk artwork, walaupun tidak sekeren CLAMP atau apalah yang lain (gak begitu tahu banyak), cerita ini tetap berhasil membawa emosi pembacanya.

Lagipula setting komik ini juga real, kebanyakan bersetting di Hokkaido. Aku yakin Obata Yuuki melakukan banyak observasi kesana, sebab tempat dan lokasi di komik ini juga penting membawa ceritanya.

Terakhir, tentu saja animenya. Tapi aku juga tidak pernah menonton tuh animenya. Bahkan kalapun cerita ini menjelma menjadi novel, ia akan tetap menjadi novel yang bagus, aku yakin.

Jika kau ingin mencoba membaca manga sementara kau adalah penggemar cerita semacam Pride and Prejudice, kau bisa membaca ini. You're gonna love it.