Salah satu keuntungan membaca komik online adalah kau bisa lebih leluasa memilih manga mana yang sesuai seleramu, mereka meletakkannya dihalaman web dengan sangat teratur, berdasarkan genre, mangaka, dan jumlah pengunjung. Gratis. Tidak dihitung biaya listrik/warnet. Tapi lebih murah daripada harga satu komik yang sekarang dijual di toko buku...dan semakin mahal ketika akhirnya mengecawakanmu.
Membaca komik online juga memudahkanku untuk menemukan the hidden gems, the treasure of greatest manga, banyak sekali kutemukan manga yang tidak populer (setidaknya dikalangan pembaca negara ini) namun sesungguhnya sangat bagus. Beberapa diantaranya sangat mencerahkan namun banyak yang terlupakan. Tidak terbaca oleh khalayak banyak.
Aku tidak akan menulis semua judulnya, tapi yang paling berkesan sampai sekarang tentu saja hanya satu: Thooma no Shinzou (Heart of Thomas) yang dikarang oleh Hagio Moto.
Aku tidak mengerti cerita cinta kecuali dari beberapa novel, manga, lagu, atau film yang menurutku bagus. Dan sekali lagi mereka semua FIKSI belaka, aku cukup cerdik untuk tidak tertipu mentah-mentah. Syair puisi karya John Keats amat indah, manga Bokura Ga Ita sangat jenius, tapi mereka semua tidak nyata. Sebab kenyataan yang berlaku disekitarku amat mengerikan. Aku tidak akan pernah memahami cinta yang ada dalam kenyataan... kecuali dari fiksi. Termasuk komik ini.
Thomas no Shinzou diterbitkan oleh Shogakukan pada tahun 1974, dan merupakan perintis awal genre shonen-ai (lihat di Wiki apa artinya). Manga ini kutemukan secara random ketika aku sedang iseng membaca sejarah munculnya shoujo (sebenarnya didasari oleh rasa muak oleh shoujo populer yang sedang digemari anak-anak gadis). Ternyata kebencian itu justru membawaku kepada judul yang aneh ini dan, yah.... syukurlah ada para scanners komik online yang baik hati. Aku tidak yakin mampu menemukan manga ini dimanapun di negara tempatku tinggal... karena, well... itu shonen-ai (lihat di Wiki, please).
Kisahnya mengenai seorang siswa sekolah asrama di Jerman, Thomas, yang bunuh diri dan meninggalkan surat cinta kepada temannya; Juli. Setelah kematiannya yang diduga hanya kecelakaan, sekolah itu mendapati seorang siswa baru yang mirip dengan Thomas secara fisik; Eric. Namun Eric tidak semanis Thomas maupun sesensitif dia. Eric manja dan angkuh. Juli yang sama sekali tidak mempedulikan semua rumor tentang Thomas, tidak menganggap Eric mirip Thomas. Juli menolak cinta Thomas dan kali ini ia menerima perasaan yang lebih mendalam dari Eric. Ia akan menolak cinta untuk kesekian kalinya.
Dengan karakter yang dalam dan alur yang sangat melodramatis, bisa dibilang ini merupakan contoh shoujo yang patut ditiru mangaka lainnya. Dialog dan tone yang digunakan sangat indah, kau akan menyukainya, walaupun artworknya amat sangat jadul. But that's not the point. The point is the story.
It's just stunningly beautifully designed! It will worth your time, even if you weren't a manga reader.
Aku dapat merasakan cinta yang tulus dalam ceritanya dan begitu terpana dengan kehebatan Hagio Moto yang pandai merangkai ceritanya. Meskipun settingnya sama sekali bukan di Jepang, tapi bahkan ini tidak dapat disamakan dengan literatur Barat lain... apalagi yang mengangkat isu seperti ini. Tidak seperti genre Yaoi yang terlalu menjurus kearah seks, shonen-ai lebih kearah emosionalnya. Dan dalam hal ini, aku masih bisa mentolerirnya. Bahkan lebih masuk akal daripada Romeo and Juliet, dalam kisah ini, cinta adalah sesuatu yang menyembuhkan, mencerahkan, dan membahagiakan. Bukan sesuatu yang menjijikkan, tak peduli apapun orientasi seksual seseorang. Karenanya, manga ini tidak hanya bicara mengenai cinta, tapi juga persahabatan, kemanusiaan, dan kerumitan definisi cinta itu sendiri. Yang mana, pada akhirnya semuanya berakhir adil dan masuk akal.
Kau bisa membacanya disini, manga ini sudah tamat jadi kau tidak perlu khawatir dengan kelanjutan scanningnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar