Jumat, 17 Februari 2012

A Very Brief Friendship, An Eternal Memory

Dia adalah seseorang yang kuharapkan menjadi teman kampusku, tetanggaku, saudaraku, dan sahabat lamaku. Dalam kenyataan hidup, dia adalah guru bahasa Inggrisku, tapi dia lebih dari itu. Ia adalah cerminan diriku yang lebih ceria. Kami mungkin memiliki selera yang berbeda, ia menelusuri tiap kalimat dengan teliti dalam cerpen-cerpen Roald Dahl, sedangkan aku lebih menyukai Edgar Allan Poe. Ia mencintai kisah anak-anak dan dunia mereka yang jujur, aku menyukai kisah remaja yang rumit dan kaya. Ia ingin menyelamatkan hutan hujan, aku ingin menyelamatkan minat baca semua orang. Kami memandang dunia dengan warna mata yang berbeda namun dengan cara yang sama. Ia-lah orang yang kuharapkan keberadaannya ada disisiku sekarang. Andai saja ia mengetahui ini.

Dan sekarang waktu kami sudah habis, perpisahan telah lewat, namun aku sangat merindukannya.
Oh, Tuhan andai saja ia mengetahui ini. Aku tidak tahu bagaimana menuliskan kesedihan-ku malam ini, mereka semua pergi seperti angin. Ia bagaikan cahaya matahari dalam hidupku yang kubenci. Dan sekarang malam yang panjang akan menantiku. Aku tidak tahu bagaimana menghadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar