My, my... adakah yang lebih bullshit dari kata-kata mutiara yang bilang manusia tidak boleh mengeluh dan harus terus berjuang? Ada. Tapi bagiku itu adalah salah satu hal paling hipokrit yang pernah ada.
Aku sendiri suka/sering/gemar mengeluh (dalam hati). Aku tidak bisa berpura-pura senang saat sedih, sok tegar saat sedang rapuh, ceria saat kesepian. Orang akan dengan mudah menemukan perubahan dalam ekspresi wajahku dan cara bicaraku (kecuali orangtuaku, tentu saja!).
Saat aku sedih, walaupun itu semua kupendam, tapi aku tidak mengingkari perasaan itu. Walaupun aku suka tidak jujur pada orang lain, tapi aku sangat jujur pada sendiri. Saat ada masalah emosional, aku akan terang-terangan mempreteli masalahnya. Betapa bencinya aku pada orang sok kuat, sok tegar. Sok tegar itu berbeda dari tegar sungguhan, lho! Kalau kita sedih, biarkan perasaan itu naik dan menjadi nyata, jangan masukkan dalam koper dan kau duduki sendiri, lalu bilang; aku baik-baik saja, aku bisa mengatasi sendiri, dst. My, my... you're just being a phony! No less no more!
Yang ingin kusampaikan adalah, kalau ada masalah--atau galau, bahasa anak jaman sekarang--jangan sok kuat deh! bertindaklah segalanya dengan setulus hati. Itu sangat manusiawi. Sangat manusiawi untuk menangis, sedih, mengeluh... itu seperti yin dan yang. Ada bahagia ada sedih, segala sesuatu diciptakan dengan keseimbangan.
Dalam kesedihan kau akan temukan kekuatan sejati.
Stop bertindak sendirian, begitu kau rasa tidak mampu lagi menahan beban, lepaskan saja. Teriak, bicara dengan orang lain, menangis.. itu lebih sehat. Lebih manusiawi. Bisa juga kau sampaikan dalam bentuk karya. John Keats menulis syair yang luar biasa indah saat ia patah hati, Beethoven menciptakan Moonlight sonata saat patah hati, dsb. Man, kesedihan bisa jadi bahan inspirasi juga.
Ane rasa ini menjelaskan mengapa ane bukan penggemar acara training motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar