Aku sedang mengurangi kecepatan.
Diantara jam-jam sibuk, pikiranku melambat. Aku memperhatikan setiap detail. Setiap hal yang biasa terkadang menjadi menarik bagiku. Kau akan terkejut jika aku mengutarakan semua itu padamu sekarang. Tapi tentu saja tidak akan kulakukan.
Orang-orang yang ada disekitarku, kusadari betul mereka tidak akan berada disisiku selamanya. Kita memang sungguh lahir sendirian dan berakhir sendirian, ya kan? Aku bertanya-tanya apakah saat kita wafat nanti kita akan bertemu orang-orang lain? Apakah kita akan bertemu dengan orang-orang yang telah lama kita kenal?
Surga dan neraka.. kalau itu ada, apakah akan kita jalani sendirian lagi?
Selama ini, seperti halnya orang-orang lain, aku mengalami banyak perasaan. Tapi mengapa, aku bertanya-tanya lagi, hanya kenangan pahit yang begitu berbekas? Dalam benakku, perasaan benci itu terus tumbuh, menumpuk, tidak hilang, ditumpuk lagi, sampai aku tak bisa membedakan orang mana yang sebenarnya aku benci.
Kurasa aku memang orang yang amat skeptis. Aku bisa bertindak sangat optimis kalau terpaksa. Orangtuaku pernah berkata bahwa aku tidak selalu menceritakan segalanya. Itu sangat tidak sehat, kata mereka, bisa jadi penyakit. Sudah terlambat. Sudah jadi penyakit.
Aku tidak suka semua orang dan tak ada orang menyukaiku.
Tapi itu sudah.. tidak apa-apa sekarang. Aku menerima itu. Aku memang tidak populer atau apa. Tidak memiliki sahabat atau kekasih. Tapi sudah tidak apa-apa sekarang.
Aku menangis karena sedih.
Aku menangis karena tak ada yang memahami.
Aku menangis karena mereka tak menanyakan kenapa.
Sekarang, aku sudah tidak akan menangis lagi
sebab akan tidak ada yang peduli.
..aku melambatkan kecepatan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar