Jumat, 25 Mei 2012

A Day In Life

05.00 = Wake up in the morning, Fajr praying, sleep again
06.20 = Wake up again after the second round sleeping
07.00 = Going to campus, my shoes are fighting against the muddy ground of Ciputat Street Market. Hell.
08.00 = Sitting in the class (always alone and the first to come), turn on the Wifi
09.00 = Listening to lectures, wondering what would happen if tomorrow is the end of the time.
10.00 = Listening to lectures, bored, reading some articles from my Samsung Galaxy phone
11.00 = Bored, getting sleepy, one of classmate start to ask some sounds-like-smart-opinions
12.00 = Zuhur praying, lunch, getting sleepy as hell, thinking about Ludwig Wittgenstein' Tractatus again
13.00 = Listening to lectures, sleeping on that lousy chair, daydreaming about anything philosophical.
14.00 = Arrived at home, sleeping
15.00 = Reading some books until fall to sleep
17.00 = Wake up and take a shower, thinking about what is my ideal life and world
18.00 = Teaching my students, so exhausting but sometimes fascinating, Maghrib prayer
19.00 = Isya' prayer, turn on my computer, browsing everything that sum up all of my thoughts today. From Ludwig Wittgenstein to The Big Bang Theory. From Brit Awards to Imam Ghazali. Drowned in my own mind.
24.00 = Finishing a day in life with more more questions and thoughts to think about by tomorrow in the class

Do you realize something is wrong here? Tell me.

Senin, 07 Mei 2012

Everything's Swallows Me Down

Semuanya berjalan cepat dan kejadian-kejadian datang saling beruntun. Minggu kemarin UTS dan minggu ini kembali UTS. Kegiatan mengajar seperti tanpa henti. Komputer terus dibiarkan menyala sementara Vuze mengunduh film film The Beatles. Orang-orang di rumah tetap sama banyak omong tanpa tahu situasi orang lain yang sebenarnya. Diluar sana langit bulan Mei masih kelabu, terdengar samar suara hujan bercampur motor yang lewat.

Mungkin aku sudah menyerah. Atau hanya mencari alasan. Waktu bergulir walaupun sebenarnya ia delusional. Kuingat kembali apa yang membuatku bersemangat dimasa lalu. Sekarang aku lebih sering menelan perasaanku sendiri--atau aku yang tertelan oleh keadaan? Apapun itu keduanya semakin membuatku benci diri sendiri.

Tapi tetap saja karena kasih sayangNya ta'ala aku masih memiliki hasrat pada beberapa hal yang memang menurut orang lain tidak penting. Setidaknya kebanyakan. Aku menyukai topik Fisika saat ini terutama Fisika Kuantum. Sayangnya aku tidak memahami persamaannya dan hanya mengaguminya seperti karya seni bernilai tinggi. Aku juga sedang menyelami perkataan demi perkataan Ludwig Wittgenstein dalam Tractatus Logico Philosophicus. Setidaknya berusaha memahami. Dengan demikian, walau sebagian besar diriku tenggelam, dengan hasrat yang tersisa, aku tetap mampu menjaga kepalaku dipermukaan.