Kamis, 25 April 2013

Confusion and Irritating People


Sometimes, I feel something fundamental is missing from my life. I still don’t know what it is exactly. For what I experience, like this right now, I would cry and my cheeks would flood by tears. I re-examine my feelings and emotions, but I just cannot find the source of my sadness. I feel so lonely, but from what I know, any companionship never really helps, as I never express myself to others or more over to act and talk honestly. I am being judgmental to people, sick of them, sick of myself. And after those nasty things, I would feel so tired. Am I overreacting? Am I just going through some odd hormones cycle? Am I really has one of those psychological problems? I don’t know, really.
There’s also something really odd about me. I always fascinated by a saint-like character that is pure, kindhearted, but tortured. Not that tortured, I mean being alienated by his society. I can name some of them and they are ALL fictional. Most of them are like helpless, troubled, but basically kinder than common people and usually ended tragically. Like by nasty death or something. There’s maybe only one that is real and it’s River Phoenix. Remember that Simon form Lord of the Flies? I cry a lot after seeing the movie. My heart breaks badly for a goddamn nonexistent person.
Sometimes I just cry so easily just seeing a dark sky at my balcony during sunsets. And when the wind blows chilly, it eases my mind in which way I couldn’t explain. I feel—again—like missing someone or something in times like that. Or when it’s cloudy and really dark. I don’t hate cloudy days actually; I am not a fan of sunny days. Maybe I was born for cloudy days.
These days I am fascinated by some actor named Aidan Gillen just because he’s an interesting person. He’s an introvert and he says once; “I feel not obliged to speak. I can read people and if they don’t want to speak, it’s okay”. My God, how wish I could be a friend of his! See, I have trouble not being a talkative. I don’t even know how to smile rightfully. It always becomes awkward. And people, they always disappoint me. They maybe think I am not interesting, that is okay. But when they start judge me recklessly or walk out of my line, that’s lame. I find most of people irritating. You know, like when I try to say something important, all they do is just playing their fingers on tab or goddamn blackberry. They are everywhere. It’s like having a ‘smart’ cell phone is so fundamental. I wish there are more Aidan Gillen who loves to listen more than speak useless things. 

Minggu, 04 November 2012

Being Indifferent As You Do

Being indifferent means being dispassionate about things happen around you. So, when people smile at you, you can lift up your brows or merely keep silent. Or in other level, be a bit cold. Either way, it's what I am talking about. People are personalities. There are 7 billion of us live a different lives and multiple personalities. If only we can keep that in mind, we won't easily judge someone without knowing their true personalities or stories.

Well, once my colleague... he was my friend, but after he told what I'm going to tell you about, I level down his companionship level from a 'friend' to only just 'acquaintance'. He told me, quite honest actually, that I've been so indifferent to other people. SO indifferent 'till some guys (I'm a girl, you see) stay away from me. They see me as a girl with distant and stone walls, means I am not friendly. That surprised me. You never know how the way people see you until someone tells you the truth. Then this acquaintance of mine also told that there's a girl who hates me without reason. Whoa.

As long as I remember, I didn't do anything harmful or rude to them. Maybe, I don't smile too often (or should I? Cause it's very discomfortable!). But, you know... I have some theories:

1. I live in country that is well-known for its nice people, hospitality and heart-warming smiles. I told you the truth, people here don't smile here genuinely because it's a social protocol. You meet people, you gotta smile, because if you don't... they will look at you like you walk on fire because you're SNOBBY or INDIFFERENT. That is Indonesia. 

2. The idea of a women who wear hijab should represent a nice personality or at least... feminine. Guys who see women who aren't like that would probably judge them as INDIFFERENT or DISLIKE men in general (which is abnormal, of course). You know, all stuffs like... as a muslimah, we should keep our sight, keep away from touching men (non-muhrim), not being flirty, etc. Maybe people who judge me as an indifferent person think this way. I am a conservative muslimah. Bullcrap.

3. Possibly, I am as they see... an indifferent person. Well, I don't ignore the fact though. Also, I don't despise the idea of me being cold, closed, indifferent, mysterious, anything at all. It's their opinion. What I hate is... how could they possibly judge me as they like while they even barely talk to me, only know my first name, never smiled at me, just looking me afar waiting for me to say fucking 'hello' first like normally Indonesian do?? It was upsetting me very much as they talked behind me. 
I love myself, although there are times when I hate myself. Like any other person. 
I won't change. Because i believe, whenever we should care of others, we do it from our heart, not because of goddamn social protocol. Same thing with smiling or listening to others. Because if you do that other way, you are just a fucking PHONEY and that's the last thing I wanna be. 

My last word, those who hate just gonna hate. If they truly want to be friends, well.. they will find me a passionate, caring, loving, loyal, most trusted person they ever encountered in their life. I promise myself that.
But again, not for phoneys and stupids. 

Rabu, 31 Oktober 2012

21 Years of Rants

Idul Adha bertepatan dengan Ulang Tahun ke-21. There was no party, no gifts, nothing. Except all birthday wishes on my Facebook wall. Selain itu dunia berjalan seperti biasanya.

Dahulu beberapa orang temanku berkata bahwa aku adalah orang yang selalu tahu apa kemauanku, tujuanku, kemana harus melangkah. Pencapaian dan keberhasilan waktu itu semakin menegaskan citra kepastian impian dan keinginan hidupku. Tentu saja, mereka salah. Aku kini berhenti di persimpangan. Sisi lain dari jalanan. Aku mengintip ke balik sisi itu, aku sadar diriku yang lain masih menunggu.

Itu adalah diriku yang selalu kuinginkan jika melihat bayanganku dalam cermin. Tapi dia tidak pernah muncul. Seorang gadis yang menginjak usia wanita dewasa, penuh perencanaan, bersemangat menghadapi ketidakpastian, dan tentu saja lebih bijaksana. Seseorang yang menjadi dirinya sendiri.
Tapi dia tidak pernah muncul disana. Dalam pantulanku di cermin manapun. Bahkan terkadang suara tawaku sendiri terdengar asing. Seakan aku membiarkan seorang asing mengambil alih hidupku dari pukul 7 pagi hingga sebelum tidur. Lalu dalam mimpi, aku menjadi diriku lagi.

Penyesalan terbesarku adalah; ketakutanku untuk menyuarakan diriku sendiri. Perasaanku yang sebenarnya. Tapi justru tak seorangpun mengenalku dengan baik. Mungkin memang tidak ada orang yang bisa mengenalku dengan baik. Maksudku, mengenal berarti menerima perasaanku dan keseluruhan kelemahan dan kelebihanku. Tapi tak ada satupun (mungkin hanya Rachel seorang) yang mengenalku.

Lalu bagaimana mereka bisa menyayangiku kalau aku tidak pernah dikenali? Diriku yang asli. Diriku yang berdiri di sisi lain dari jalan. Bukan seorang yang muncul dari pukul 7-sebelum tidur. Semua itu bukan untukku. Untuk diriku yang palsu. Cinta yang palsu. Sebenarnya hdupku penuh kepalsuan. Heh.

Betapa munafik, palsu topeng itu.

Belajar dengan rajin?
Mengenal agamaku dengan baik?
Mengenakan baju seperti ini setiap hari?
Merasa orang-orang perhatian padaku?
Keluarga bahagia dan hangat?
Teman-teman baik?

Fake, fake, fake.

Jika aku boleh berharap, aku ingin di usiaku yang baru ini... aku dilenyapkan. Lalu memulai semua dari awal, di tempat baru yang lebih baik, orang-orang yang lebih tulus, diriku yang lebih berani...

Aku menyesal. Benar-benar menyesal. Aku membenci diriku lebih dari segalanya, itulah bagian terburuknya.


Jumat, 14 September 2012

A Blue Letter

Kepada: orang yang akan kutinggalkan
Subject: penjelasan yang jujur

Yang tersayang dan akan kulupakan,

Sebagaimana Beethoven menulisi kawan-kawan dan kekasihnya lewat surat-surat rahasia yang tidak pernah ia kirimkan, aku menuliskan perasaanku diatas postingan ini, walaupun dengan gaya pengecut; tapi merupakan perasaanku yang sebenarnya. Semata-mata supaya aku bisa memperoleh kembali ketenangan pikiran yang musim panas lalu hilang dariku karena terlalu banyak memikirkanmu.

Satu episode dalam hidupku dan hidupmu usai sudah. Sepotong era yang seperti era lainnya, dimulai lalu berakhir. Kehidupan begitu kompleks dan penuh misteri. Dalam hidupku, aku berjalan dengan langkah lesu kearah manapun, mencari harapan yang hilang dariku sejak lama, mencari teman dan cinta sejati, kebenaran, ilmu pengetahuan, aku membuka pengalaman baru dan bertemu banyak orang. Dalam hidupku aku mengalami berbagai perasaan. Bahagia, sedih, sakit hati, semangat, kesepian, kecewa, marah.
Dalam hidupku itu aku tidak pernah mengenalmu. Aku tidak tahu kau ada.

Lalu musim yang amat kering itu datang dan kita akhirnya mengenal. Kuketahui ada perasaan lain yang dirasakan semua umat manusia. Cinta. Maafkan aku yang terlalu emosional, aku hanya ingin memastikan perasaanku yang sebenarnya tersampaikan dengan baik. Ya, aku merasakan cinta dan jenis kebahagiaan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku.

Lalu yang ingin kukatakan lewat postingan ini adalah; aku berharap bisa bertemu denganmu sekali lagi. Sekali dan yang terakhir. Aku ingin menyelesaikan semua yang terjadi---apapun kau sebut namanya itu---dengan satu percakapan yang jujur. Supaya semua yang kita alami itu punya nilai dan berarti. Mungkin bagimu tidak. Bagimu aku bukan orang yang kau cintai. Tidak masalah, itu semua sudah tidak menyakitkan lagi, aku sudah menerimanya. Lagipula, aku mencintaimu bukan untuk menjadi milikmu juga.

Aku percaya segala yang terjadi haruslah punya tujuan, termasuk pertemuan kita. Kita tidak bisa memilih siapa yang akan kita cintai esok hari. Tapi kita bisa memilih untuk tidak membenci seseorang. Aku tidak memilih untuk membencimu, aku harap kau mengerti maksudku. Aku tidak ingin menyesali perasaan cinta yang sungguh-sungguh kurasakan. Aku menerima semuanya.

Hari-hari yang menyesakkan karena rindu dan patah hati sudah lewat. Aku sekarang  memiliki beberapa pemikiran baru tentang cinta; yang lebih baik dan dewasa. Aku belajar banyak dari mencintaimu.

Karenanya, aku hanya ingin melihatmu sekali lagi. Jika harus berakhir, aku akan berusaha mengikhlaskan perpisahan---kurasa itulah jalan yang terbaik buatmu dan buatku.
Hanya saja, bahkan dalam perpisahan sekalipun haruslah dilakukan dengan benar. Betapa inginnnya aku bertemu, kalau kau ingin mengetahui kebenarannya... aku sangat ingin bertemu untuk berpisah.

Aku harap kau mengerti perasaanku ini karena walaupun tidak langsung, inilah yang kurasakan sebenarnya. Tidak akan kukatakan pada siapapun, hanya kusimpan disini.

Melupakan memang mustahil, tapi hidup harus terus berlanjut.





Temanmu yang menunggu.

Sabtu, 08 September 2012

Orang-Orang Asing

Ini lagu The Kinks "Strangers" yang sedang ane mood untuk ane tulis arti bahasa Indonesianya.

Kemana kau pergi, aku tidak keberatan
Sudah kubunuh waktu dan duniaku
Jadi kemana aku pergi dan apa yang kulihat
Kulihat banyak orang menyusulku

Jadi kemana kau pergi, aku tidak keberatan
Kalau aku hidup terlalu lama, aku akan takut mati
Jadi aku ikut kemanapun kau pergi
Jika tanganmu yang terulur masih terbuka untukku

Kita adalah orang-orang asing diatas jalan ini,
tapi kita bukan dua orang, kita adalah satu.

Jadi kau pernah berada di tempat yang sama
Dari negeri yang telah banyak menghasilkan pecundang
Jadi bersama kita akan berbagi jalan ini
Jadi pikirkan perkataan kita dan hati-hatilah bicara
Sampai kedamaian yang kita temukan
akan berkata apa yang akan kulakukan

Segala yang kumiliki akan kubagi denganmu
Jika kurasa hari esok sama seperti hari ini
Kita akan ambil apa yang kita inginkan
dan tinggalkan sisanya


Kita adalah orang-orang asing diatas jalan ini,
tapi kita bukan dua orang, kita adalah satu.

Orang suci dan pendeta suci,
Cinta pada kehidupan membuat lututku melemah
Dan ketika kita sampai, buatlah permainan
Karena segera aku merasa kau akan membawa kita berdua
Dengan janji-janji palsu yang membuatku percaya

Bagi banyak orang, ada terlalu banyak penderitaan
Dan pikiranku sangat bangga, tapi sangat pedih oleh kemarahan
Dan kalau aku hidup terlalu lama, aku takut mati


Kita adalah orang-orang asing diatas jalan ini,
tapi kita bukan dua orang, kita adalah satu.










Kamis, 30 Agustus 2012

But It's Empty

Aku semakin benci diriku sendiri.

Aku yang diam dan tidak bisa berbuat apa-apa, terlalu tolol untuk menyadari...
ini semua cuma mimpi-mimpi yang tidak logis.

Waktu semakin membuatnya jelas, ini amat sangat keterlaluan. Egois. Berlebihan. Kekanakan.

Temanku berkata untuk berhenti menyalahkan diri. Bahwa perasaan yang kumiliki manusiawi. Tapi semakin kupikirkan aku malah semakin membenci diriku sendiri. Aku seperti orang lain, orang asing yang tidak kukenal, jenis orang yang paling kubenci.

...orang yang membiarkan perasaan menguasai dirinya sampai hilang akal sehat.

Apapun yang kulakukan... sudah tidak begitu berarti lagi rasanya. Sejujurnya, what's the point? There is no point if without him. Bukan. Salah... hatiku mengatakan tidak ada padahal sebenarnya ada.

Hidupku masih berarti. Masih ada segelintir yang menyayangiku.

Tapi kenapa semua itu terasa hampa?

Kalau tidak ada dia, semuanya terasa hampa. 

Aku tidak sadar selama ini aku begitu kesepian, melebihi bayanganku. Sekarang ketika aku mengenal sesuatu yang baru, seperti melihat tempat asing yang indah... aku harus kembali ke liang yang kosong itu.

Aku harus sendirian lagi. Aku harus kembali dan menarik diriku lagi.

Dan sayangnya itulah keputusan yang paling tepat, dan mungkin yang paling logis.

Kenapa hal-hal yang benar sangat menyakitkan...? Kenapa aku harus kesepian lagi? Kenapa aku harus...

Bagaimana bisa aku berharap ada yang menerimaku, sementara aku saja benci sekali diriku sendiri?

Rabu, 22 Agustus 2012

Selamat Leba(y)an

Whoa, beneran udah Lebaran ya??

Oke, ini lebay... tapi ini sungguh Lebaran paling sepi yang pernah ane alami. Kalau ane simpulkan dengan satu kata SEPI. Sebenarnya ritualnya sudah sering terulang tiap tahun, ok? Ane sekeluarga mudik ke Lampung + Bengkulu naik mobil dan kapal feri. Kemacetan 4 kilometer dari tol Merak ke pelabuhan juga gak kaget lagi, ada bokap jadi khatib dan imam (yang lagi-lagi minta diketikin teks Arabnya) di masjid, ziarah ke makam kakek (yang tiap tahun makin cepat waktu bernangis-nangis rianya), lalu makan opor, lalu salam-salaman.... lalu tidur siang jam 1. It's all the same old stories, alright.

But what made it harder than the yesteryear...?

Well, pertama kondisi mental yang tidak stabil. Ditandai dengan sindrom-sindrom stres seperti lucid dreaming (cek di Wikipedia) kayak di Inception.... dan jadwal bulanan yang telat, saking telatnya baru kali ini puasa penuh sebulan, whoa!

Lalu ortu yang masyaallah luar biasa menyebalkannya. Ada insiden dimana mereka tiba-tiba jadi gaje cuma gara-gara tante ane mau ngajak ane sama adek jalan-jalan. Adik ane yang terakhir... well, dia masih sakit dan tahu-tahu nangis (gak nangis kejer, lho) dan buat ortu marah besar. Insiden itu melibatkan seluruh adik-adik nyokap dan berakhir dengan diijinkannya kita bertiga walau dengan darah dan airmata (lebay).
Believe me, bukan pengalaman indah.

Tapi lucunya, saudara-saudara nyokap yang biasanya rebutan harta itu kali ini jadi kompakan dukung ane sama adek-adek ane buat pergi. Malahan mereka menyediakan diri buat tempat curhat. Aneh, kan.

Tapi akhir-akhir ini memang ane gampang nangis, lho. Tapi gampang juga selesainya. Paling nangis gak sampai semenit, biasanya sampe 5 menit-laahh... does it mean i became stronger? :-D

Anyway, tadi pagi diomelin karena kamar berantakan. Kamar ane berantakan, are you fucking kidding me? Temen ane kalau nginep mereka komplain karena kamar terlalu luas dan bersih segala macam. Berantakan dari mananyaaaaa..... Lagian itu kan kotor karena gak disapu selama mudik. Sumpah, jadi pengen ngekos!!

Tahun ini gak mudik ke Bengkulu. Tapi biarlah, ane cuma kangen pantainya doank.

Apa lagi....

Harapan-harapan buat tahun depan (kayak mau Tahun Baru -_-)

1. Semoga tuh dosen gak ngurus Tahfizh ane lagi
2. Semoga ketemu komik bagus yang murah lagi
3. Semoga bisa jalan keluar kota sama temen (bukan keluarga)
4. Semoga rezeki bertambah
5. Semoga pipi gak melebar
6. Semoga ................ (dalam hati aja)

dan lain-lain, resolusi Lebaran yang ngga penting, hahaha!