Kamis, 30 Agustus 2012

But It's Empty

Aku semakin benci diriku sendiri.

Aku yang diam dan tidak bisa berbuat apa-apa, terlalu tolol untuk menyadari...
ini semua cuma mimpi-mimpi yang tidak logis.

Waktu semakin membuatnya jelas, ini amat sangat keterlaluan. Egois. Berlebihan. Kekanakan.

Temanku berkata untuk berhenti menyalahkan diri. Bahwa perasaan yang kumiliki manusiawi. Tapi semakin kupikirkan aku malah semakin membenci diriku sendiri. Aku seperti orang lain, orang asing yang tidak kukenal, jenis orang yang paling kubenci.

...orang yang membiarkan perasaan menguasai dirinya sampai hilang akal sehat.

Apapun yang kulakukan... sudah tidak begitu berarti lagi rasanya. Sejujurnya, what's the point? There is no point if without him. Bukan. Salah... hatiku mengatakan tidak ada padahal sebenarnya ada.

Hidupku masih berarti. Masih ada segelintir yang menyayangiku.

Tapi kenapa semua itu terasa hampa?

Kalau tidak ada dia, semuanya terasa hampa. 

Aku tidak sadar selama ini aku begitu kesepian, melebihi bayanganku. Sekarang ketika aku mengenal sesuatu yang baru, seperti melihat tempat asing yang indah... aku harus kembali ke liang yang kosong itu.

Aku harus sendirian lagi. Aku harus kembali dan menarik diriku lagi.

Dan sayangnya itulah keputusan yang paling tepat, dan mungkin yang paling logis.

Kenapa hal-hal yang benar sangat menyakitkan...? Kenapa aku harus kesepian lagi? Kenapa aku harus...

Bagaimana bisa aku berharap ada yang menerimaku, sementara aku saja benci sekali diriku sendiri?

Rabu, 22 Agustus 2012

Selamat Leba(y)an

Whoa, beneran udah Lebaran ya??

Oke, ini lebay... tapi ini sungguh Lebaran paling sepi yang pernah ane alami. Kalau ane simpulkan dengan satu kata SEPI. Sebenarnya ritualnya sudah sering terulang tiap tahun, ok? Ane sekeluarga mudik ke Lampung + Bengkulu naik mobil dan kapal feri. Kemacetan 4 kilometer dari tol Merak ke pelabuhan juga gak kaget lagi, ada bokap jadi khatib dan imam (yang lagi-lagi minta diketikin teks Arabnya) di masjid, ziarah ke makam kakek (yang tiap tahun makin cepat waktu bernangis-nangis rianya), lalu makan opor, lalu salam-salaman.... lalu tidur siang jam 1. It's all the same old stories, alright.

But what made it harder than the yesteryear...?

Well, pertama kondisi mental yang tidak stabil. Ditandai dengan sindrom-sindrom stres seperti lucid dreaming (cek di Wikipedia) kayak di Inception.... dan jadwal bulanan yang telat, saking telatnya baru kali ini puasa penuh sebulan, whoa!

Lalu ortu yang masyaallah luar biasa menyebalkannya. Ada insiden dimana mereka tiba-tiba jadi gaje cuma gara-gara tante ane mau ngajak ane sama adek jalan-jalan. Adik ane yang terakhir... well, dia masih sakit dan tahu-tahu nangis (gak nangis kejer, lho) dan buat ortu marah besar. Insiden itu melibatkan seluruh adik-adik nyokap dan berakhir dengan diijinkannya kita bertiga walau dengan darah dan airmata (lebay).
Believe me, bukan pengalaman indah.

Tapi lucunya, saudara-saudara nyokap yang biasanya rebutan harta itu kali ini jadi kompakan dukung ane sama adek-adek ane buat pergi. Malahan mereka menyediakan diri buat tempat curhat. Aneh, kan.

Tapi akhir-akhir ini memang ane gampang nangis, lho. Tapi gampang juga selesainya. Paling nangis gak sampai semenit, biasanya sampe 5 menit-laahh... does it mean i became stronger? :-D

Anyway, tadi pagi diomelin karena kamar berantakan. Kamar ane berantakan, are you fucking kidding me? Temen ane kalau nginep mereka komplain karena kamar terlalu luas dan bersih segala macam. Berantakan dari mananyaaaaa..... Lagian itu kan kotor karena gak disapu selama mudik. Sumpah, jadi pengen ngekos!!

Tahun ini gak mudik ke Bengkulu. Tapi biarlah, ane cuma kangen pantainya doank.

Apa lagi....

Harapan-harapan buat tahun depan (kayak mau Tahun Baru -_-)

1. Semoga tuh dosen gak ngurus Tahfizh ane lagi
2. Semoga ketemu komik bagus yang murah lagi
3. Semoga bisa jalan keluar kota sama temen (bukan keluarga)
4. Semoga rezeki bertambah
5. Semoga pipi gak melebar
6. Semoga ................ (dalam hati aja)

dan lain-lain, resolusi Lebaran yang ngga penting, hahaha!











Rabu, 08 Agustus 2012

Jar of Hearts

Kadang, aku berkhayal tiap bulir cinta yang tidak menemukan rumahnya ini sebenarnya Tuhan kumpulkan satu-satu kedalam semacam toples penuh cinta, dimana suatu hari nanti Ia akan berikan kepadaku kembali. Dalam bentuk cinta yang sangat indah yang bisa kumiliki.

Aku tahu aku salah memahaminya, pada dasarnya aku memang tidak memiliki apapun. Semuanya adalah milikNya saja. Bahkan meskipun perasaan ini tersampaikan pada seseorang.

Kalau aku merasa sedih, aku selalu menatap baik-baik tanganku. Betapa indah bentuknya dan sempurna desain yang telah Ia ciptakan. Tangan ini berbuat banyak hal dan mengubah banyak hal. Begitu hebat rancanganNya dan diciptakan untuk tujuan yang mestinya mulia. Maka seketika aku akan bersemangat menghadapi kesedihan apapun. Karena tiap hal pasti punya tujuan dan maksudnya, seperti tangan ini.

Sekarang tidak lagi.

Kulihat tanganku dan aku semakin sedih.
Tangan ini pernah digenggamnya dan masih terasa kehangatannya dalam hati dan jiwaku. Masih dapat kubayangkan dengan baik, kupejamkan mata dan kulihat senyum anehnya mengembang, menguji cintaku lagi. Tangan ini, tak akan mendapatkan itu lagi.

Andaikan aku bisa jujur padanya, betapa aku sangat... sangat lelah. Lelah menahan perasaan dan air mata tiap kali mengingatnya. Ia selalu datang dalam mimpiku. Mimpi yang indah maupun buruk.
Andaikan ia tahu aku pun bisa mencintainya seumur hidupku, cinta yang tidak kalah oleh orang lain. Aku bisa menjadi orang yang lebih baik hanya dengan mencintainya, dan aku akan berusaha juga mengubah dirinya jadi lebih baik. Jika bisa bersamanya, aku berjanji dengan harga diriku tidak akan mencintai orang lain. Pikiran itu terdengar sangat berat, tapi aku juga tidak akan bercanda soal itu. Karena hidup ini sangat singkat dan aku tidak berencana untuk berkeliling dunia mencari kebahagiaan sejati. Akulah yang akan menciptakannya sendiri, yang mana sangat ingin aku bangun bersamanya.

Aku tidak tahu apakah aku bisa mencintai lagi. Mungkin bisa, tapi dalam jangka waktu yang tidak bisa kuketahui sama sekali.


Selasa, 07 Agustus 2012

My Dear Old Friend

Semalam teman lamaku datang dan kami langsung bercerita banyak. Bahkan hal-hal yang belum kusampaikan pada teman-temanku dekatku yang lain. Bertemu dengan teman lama selalu merupakan momen yang ajaib. Pikiran kita membandingkan diri mereka dengan yang dulu, lalu kenangan-kenangan lama yang hanya diketahui bersama dibicarakan dengan rasa haru, dsb. Pokoknya teman lama selalu dapat membawa kita ke saat-saat yang paling kita inginkan di masa kini, mengerti 'kan maksudku?

Walaupun aku tak menyangka ada yang merindukanku, tapi ternyata ada juga. Sungguh suatu kebahagiaan sederhana tapi sangat berharga. Kami membicarakan beberapa orang dalam hidup kami yang sama-sama kami kenal baik. Ah, sebenarnya tidak semua teman lama seperti itu. Tapi yang satu ini lebih pantas disebut sahabat lama.

Oliver Goldsmith berkata; "Saya menyukai segala sesuatu yang lama. Teman lama, buku-buku tua, masa lalu,   dan tentu saja anggur yang lama". Mungkin karena terkadang dalam hidup, yang memberi nilai dan arti untuk setiap hal adalah waktu. Waktu dan hanya waktu yang membuatnya berharga. Jika ia terus teringat, terkenang, atau terus dibahas... berarti ia punya nilai tinggi. Itu juga alasanku lebih suka pada hal-hal yang lawas maupun klasik. Buku, musik, seni, gaya, dan lain sebagainya yang telah teruji oleh waktu.
Begitu pula persahabatan, hanya waktu yang bisa menentukan apakah ia sahabat yang tulus atau tidak?

Sahabat lamaku,
jika kau membaca postingan sederhana ini, aku hanya ingin berkata aku sangat berterimakasih padaNya kita telah pernah berkenalan dan dipertemukan kembali. Banyak orang berlalu dalam hidupku, diantara mereka meninggalkan rasa sayang ataupun pelajaran berharga. Kau adalah satu diantaranya. :-)

Sabtu, 04 Agustus 2012

Aku Yang Tidak Bijak Ini Mencintainya

Berbagai macam cara seseorang mencintai.
Ada cinta yang mengalir lembut seperti sungai kecil yang jernih, atau berkobar seperti api dengan bunga-bunganya yang memercik keudara. Ada cinta yang jelas seterang siang hari, namun gelap dan diam seperti malam. Atau seperti paduan antara gelombang lautan yang keras tengah malam, ia tak terlihat namun bergemuruh lantang dalam kegelapan.

Ketika aku jatuh cinta, aku menyadari aku adalah yang tipe terakhir.

Tak ada yang dapat menjelaskan dengan persis kenapa manusia bisa menyayangi terlepas dari sifat dasar manusia yang egois. Apakah ada hubungannya dengan hormon? Gelombang otak? Mengapa manusia bisa mencintai orang lain begitu dalam dan melupakan dirinya sendiri? Atau seperti yang dikatakan Sherlock Holmes; "Bukan kemarahan, tapi cinta adalah motivator paling ganas".

Kukira aku tak akan jatuh cinta lagi.

Lalu setelah semuanya terbukti tidak benar, cinta ini lenyap dengan cepat seperti salju di pagi hari musim semi. Betapa cinta ada bukan untuk membahagiakan, tapi untuk menguji kita belaka!

Aku pastilah sudah gila, karena setiap kali melihatnya, aku seketika rela memberikan seluruh perasaan dan apa yang kupunya untuknya. Untuk kebahagiaan dirinya.
Aku merindukannya dan jiwaku tercabik-cabik oleh perasaan rindu.
Aku menyayanginya dan berdoa agar ia tidak akan kesepian atau merasa sedih.
Ketika ia memberikanku senyuman, aku seketika bersumpah untuk menjaga senyum itu.
Atau ketika jarinya yang lembut dan hangat mengulum tanganku, aku merasa bahagia namun khawatir aku tak akan merasakan itu lagi. Mungkinkah jalan yang akan kutempuh nanti begitu gelap dan dingin? Karena untuk sesaat aku melupakan semua kesunyian dalam hidupku.

Menebak arti tatapannya yang selalu seakan mengujiku, mendapati bahwa perasaan ini tak pernah sampai ke tujuannya. Kelopak-kelopak cinta ini berguguran bahkan sebelum ia boleh mekar. Sekarang, seakan bunga yang telalu cepat tumbuh untuk keluar diantara salju musim dingin, ia akan ditakdirkan untuk mati sendirian.

Aku pastilah sudah gila. Karena aku sangat mencintainya. Menyayanginya.

Apakah perasaan ini sampai kepadamu?